Sebuah Ruang Sunyi yang Kehilangan Tenangnya

Larasati PN
2 min readJul 22, 2022
Ruang tentang tenang

Dalam diam ia seringkali berbicara. Membicarakan seribu satu kemungkinan yang tak sempat tersampaikan dalam kata. Sedang mereka saling tak peduli jika ia tak sedang baik saja. Entah rasa apa yang hadir dalam suatu rasa.

Rasanya hari-hari berlalu tanpa jeda, tanpa irama, dan tanpa aba-aba. Ia meragu pada jejak kaki yang dilukiskan pada sepanjang jalan panjang tak bernama. Tentang sebuah rasa yang tak bisa dijelaskan dan diberi makna, lantas ia kembali terkungkung dalam sekat tanpa udara.

Ia terjebak pada suatu kotak abu-abu yang tenang. Tenangnya justru jadi sunyi paling berisik di antara derai air ketika hujan tiba. Sepinya jadi sebuah ramai yang berantakan penuh derita. Barangkali orang akan menyaksikannya sebagai manusia paling bersuka, sementara itu ia terjebak dalam ketiadaan yang dipaksa ada dalam sebuah bilik yang selalu gersang ketika hujan tiba.

Tiap kali langit kembali kelabu, tak pernah ada yang bersuka menyambut gemuruh yang riuh. Dibiarkannya awan pekat menggantung pada seisi sudut angkasa dari selatan ke utara. Mereka memilih lekas beranjak menuju tempat paling teduh. Ketika itu, ia menengadahkan diri pada gumpalan titik air yang mulai jenuh. Berharap akan lekas hujan sederas penuh. Lantas ia bisa menangis dengan utuh tanpa orang lain acuh.

Bagaimana merasa tidak baik saja ketika dunia menganggap ia sebagai manusia serba bisa? Bagaimana jika mereka menjadikannya sebagai cerminan padahal ia juga merindukan pelukan? Bagaimana jika ada terlalu banyak cahaya meski ia hanya memerlukan redup remang sementara?

Dalam sebuah bait puisi yang kehilangan rimanya, ia melagu. Dalam sebuah api yang kehilangan panasnya, ia mengabu. Dan dalam sebuah sunyi yang kehilangan tenangnya, ia mengadu.

Meski entah kapan ia akan kembali menemukan tenangnya, dalam ruang itulah ia akan benar-benar hidup dengan kesunyiannya tanpa pernah dunia tahu bahwa ia memerlukan bahu dan rengkuhan yang nyata dan ada.

Tulisan ini telah rilis di zine kolaborasi bertajuk “Manusia dan Ruang” yang diinisiasi oleh lokalspace dan rawat_hayat

--

--