Aku menemukanmu pada sela hening yang sunyi. Di sana, kaulah satu-satunya berisik bunyi. Aku juga menjumpaimu di antara rinai hujan yang jatuh. Di sana, kaulah satu-satunya tempat berteduh. Aku pun menemukanmu saat duniaku hampir runtuh. Maka, bolehkah kusimpan senyummu dengan utuh? Barangkali senyummu adalah manifestasi yang Tuhan ciptakan sebagai harap…

Kehendak tentang bagaimana hidup memanglah kuasa Tuhan. Kita tak akan pernah bisa memesan kepada siapa akan bertemu dan dipertemukan. Tugas kita hanya menjadi manusia dengan versi terbaik yang disiapkan. Jika manusia adalah sebaik-baik pemilik perencanaan, bukankah selalu ada Tuhan sebagai sebaik-baik pengatur kehidupan? Sebuah bentangan hidup yang luas tanpa memiliki…

Dalam diam ia seringkali berbicara. Membicarakan seribu satu kemungkinan yang tak sempat tersampaikan dalam kata. Sedang mereka saling tak peduli jika ia tak sedang baik saja. Entah rasa apa yang hadir dalam suatu rasa. Rasanya hari-hari berlalu tanpa jeda, tanpa irama, dan tanpa aba-aba. Ia meragu pada jejak kaki yang…

Apakah dunia akan berubah jika kita dipertemukan lebih cepat? Apakah kita akan menyelesaikan tentang segala perihal secara tepat? Atau barangkali ada hal-hal terjadi yang disesalkan secara melesat? Mengapa lagi-lagi ada satu hal yang dibutakan oleh kehadiran-kehadiran yang membuat tersesat. Tentang bagaimana aku yang takut kau kembali dengan kisah yang berat. …

Bilamana benderang cahaya meminta untuk selalu terang, tak apa jika aku yang menjadi redupnya malam yang tenang. Sebab, hidup tak melulu soal gemerlap gemintang yang selalu gemilang. Lalu bagaimana jika seisi kepala pada tiap-tiap hari menjadi palagan medan perang yang tiada memiliki ksatria? Tak pernah kutemukan Arjuna dengan busur gandiwa…

Pada masanya pertanyaan perihal ‘mengapa’ dan ‘bagaimana jika’ adalah bentuk paling akrab yang kujumpai. Seisi kepala menjadi penuh sebab monolog yang saban hari mengisi. Pertanyaan perihal kehilangan-kehilangan yang seharusnya terjadi. Atau berbagai perjumpaan yang bermuara pada suatu rasa yang tak bisa diingkari. Perihal sebuah rasa dan cinta adalah bagian menyakitkan…

Pada tiap-tiap dalamnya percakapan kita, hangat itu ternyata sebuah ilusi tentang bagaimana aku seorang diri yang memiliki kita. Sementara kau tak pernah merasa. Menghabiskan waktu cukup lama dalam bualan kata hingga bermuara pada percuma. Merawat sebuah bentuk sia-sia hingga pada akhirnya menjumpai kekosongan belaka. Bukankah terlalu tak adil jika hanya…

Mau sejauh apapun aku mendekat, nyatanya kita tak pernah lekat. Justru makin tercipta sekat ketika aku memberikan sebuah pertanda yang dekat. Entah apa makna aku dalam ingatan kepalamu. Barangkali aku hanyalah orang yang kau tuju ketika duniamu sedang menggerutu. Barangkali aku hanyalah sebuah pelarian atas rasa kecewa yang pernah tercipta…

Jika yang dirindukan adalah rintik hujan, gemuruh telah tiba. Dituangkannya seberkas air dengan sedikit aba-aba. Di sanalah kau akan menemukan tenang tanpa bicara. Ini bukan perihal romantisasi hujan sebagaimana para penyair melagukan rintiknya. Pada satu waktu sebelum badai menampakkan dirinya, ada sebuah lorong panjang sebagai tempat berteduh yang paling aman. …